Optimismemedia.com – Menjelang Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2024, kandidat nomor satu, Andika Perkasa, merespons hasil survei Litbang Kompas yang menempatkan pasangan Andika-Hendrar Prihadi unggul tipis dengan 28,8 persen, hanya terpaut 0,7 persen dari pasangan Ahmad Luthfi-Yasin yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, dengan elektabilitas 28,1 persen.
Melansir dari cnnindonesia.com. menanggapi hasil ini, Andika menilai survei sebagai “potret preferensi masyarakat di periode tertentu,” yang menggambarkan perjalanan kampanye dan variabel yang berperan di dalamnya.
Andika menekankan bahwa hasil survei semacam ini adalah bahan evaluasi bagi timnya.
Baca juga: Penolakan Gereja di Cirebon: Tantangan Transparansi dan Toleransi Beragama di Cirebon
“Saya memilih untuk melihatnya sebagai sebuah evaluasi dengan titik berat apa yang masih perlu diperbaiki lagi ke depan,” ujar Andika.
Tidak hanya unggul di Litbang Kompas, pasangan Andika-Hendi juga tercatat memimpin dalam survei SMRC dengan selisih yang lebih signifikan, yaitu 48,1 persen berbanding 47,5 persen, menunjukkan perolehan suara mereka cukup kompetitif.
Pakar politik sekaligus peneliti senior pada Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, berkomentar bahwa hasil survei menunjukkan masih adanya ketidakpastian di antara para pemilih.
“Dengan tingginya angka undecided voters di Litbang Kompas sebesar 43,1 persen, momentum kampanye kedua pasangan perlu diarahkan untuk meyakinkan kelompok yang masih ragu ini,” ungkap Burhanuddin.
Dalam bukunya, Perilaku Memilih di Indonesia, Burhanuddin menjelaskan bahwa “pemilih mengambang sering kali menjadi penentu dalam pilkada yang ketat,” terutama jika mereka tidak terafiliasi kuat pada satu partai.
Juru Bicara Tim Pemenangan Luthfi-Yasin, Zulkifli, menyadari peluang besar di tengah jumlah undecided voters yang masih dominan.
“Malah yang menang yang belum menentukan pilihan karena angkanya besar, 43,1 persen,” tegas Zulkifli.
Baginya, angka yang masih belum memilih ini adalah kesempatan bagi pasangan Luthfi-Yasin untuk memperkuat strategi kampanye.
Selain itu, sosiolog politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito, mengingatkan bahwa dalam kontestasi pilgub yang ketat seperti ini, intensifikasi kampanye di daerah pedesaan dan urban menjadi penting untuk memenangkan simpati para pemilih yang belum menentukan pilihannya.
Menurut Arie dalam Konsolidasi Demokrasi di Indonesia, “salah satu kunci sukses pilkada adalah kemampuan kandidat dalam menyentuh isu-isu lokal yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, serta kecepatan dalam merespons dinamika publik.”
Dengan kompetisi yang semakin ketat dan belum adanya pemenang mutlak, kedua pasangan memiliki tantangan dan peluang besar dalam merebut hati pemilih mengambang.
– Bersama Membangun Optimisme –
#optimismemedia #mulaiajadulu #kamibarumulai