Optimismemedia.com – Starlink adalah sistem internet berbasis satelit yang beroperasi di orbit rendah atau low Earth orbit (LEO), menggunakan ribuan satelit kecil untuk mengirim data dengan kecepatan tinggi. Alih-alih kabel serat optik, Starlink memanfaatkan gelombang radio untuk mengirim data ke satelit di orbit, yang kemudian meneruskannya ke pengguna di berbagai belahan dunia. Layanan ini sangat berguna di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau kabel serat optik.
Sejak Juni 2022, Starlink telah bermitra dengan PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), anak usaha PT Telkom Indonesia, dalam hubungan bisnis ke bisnis (B2B). Kerjasama ini memungkinkan satelit Starlink digunakan secara eksklusif di Indonesia untuk mendukung layanan jaringan tertutup Telkomsat, bukan untuk umum. Layanan ini dirancang untuk disewakan kepada penyelenggara jasa telekomunikasi.
Baca juga: Sejak Kapan Starlink Masuk di Indonesia?
Pada September 2022, Starlink mendirikan anak perusahaan di Indonesia, PT Starlink Services Indonesia (SSI). Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif Angga, mengaku terkejut dengan harga paket “Standar” Starlink untuk pelanggan “Perumahan” sebesar Rp750.000 per bulan, yang jauh lebih murah dibandingkan paket serupa di Amerika Serikat senilai US$120 (sekitar Rp1,9 juta), namun sebanding dengan harga di Malaysia yang RM220 (sekitar Rp750.000).
Arif menyatakan bahwa harga layanan internet biasanya ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa batas atas atau bawah. Namun, ia mengkhawatirkan strategi harga Starlink yang dapat “merusak pasar industri ISP di dalam negeri” dan meminta pemerintah untuk melindungi pemain lokal, mengingat kontribusi mereka terhadap pemerintah dalam bentuk PNBP dan pajak. Arif menekankan pentingnya mempertahankan kepentingan nasional agar kehadiran Starlink tidak mengganggu bisnis ISP yang telah lama beroperasi di Indonesia, terutama di daerah pinggiran.
Heru Sutadi, direktur eksekutif Indonesia ICT Institute, juga mengungkapkan kekhawatiran tentang potensi strategi predatory pricing dari Starlink yang dapat memicu persaingan tidak sehat. Selain itu, Starlink menawarkan diskon untuk perangkat kerasnya, dari harga awal Rp7,8 juta menjadi Rp4,68 juta hingga 10 Juni nanti. Heru menilai ada ancaman bagi pasar di wilayah perkotaan karena masyarakat Indonesia cenderung sensitif terhadap harga.
Penyedia layanan seluler seperti Telkomsel dan XL Axiata, yang juga memiliki bisnis fixed broadband, berharap pemerintah menciptakan kompetisi yang adil dengan memastikan Starlink memenuhi seluruh kewajiban pajak dan non-pajak yang ada.
– Bersama Membangun Optimisme –
#optimismemedia #mulaiajadulu #kamibarumulai