Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah salah satu organisasi mahasiswa yang masih eksis dan terus mencetak kader-kader berkualitas. Tepat pada 23 Maret 70 yang lalu GMNI terbentuk dari peleburan tiga organisasi mahasiswa: Gerakan Mahasiswa Merdeka di Surabaya, Gerakan Mahasiswa Marhaenis di Yogyakarta, dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) di Jakarta.
Menurut informasi dari situs web DPP GMNI, pembentukan GMNI dimulai ketika pada September 1953, Ketua GMDI S.M. Hadiprabowo mengusulkan penggabungan organisasi mahasiswa di Indonesia yang mengusung asas Marhaenisme. Pertemuan antara Hadiprabowo dengan anggota Gerakan Mahasiswa Merdeka dan Gerakan Mahasiswa Marhaenis menghasilkan kesepakatan untuk melakukan pertemuan di Jakarta. Pertemuan pertama ketiga pimpinan organisasi mahasiswa tersebut di Rumah Dinas Wali Kota Jakarta Raya Soediro, yang saat ini setara dengan Gubernur DKI Jakarta.
Baca juga: Santri Prenuer Indonesia Adakan ‘Ramadhan Camp’ di UNU Yogyakarta
Dalam pertemuan itu, empat keputusan penting diambil sebagai dasar pembentukan GMNI. Pertama, ketiga organisasi setuju untuk melebur; kedua, organisasi hasil peleburan ini dinamai Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI); ketiga, asas GMNI adalah Marhaenisme, ajaran Bung Karno; dan keempat, mereka sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Kota Surabaya.
Selain itu, Kota Surabaya dipilih sebagai tempat Kongres ke-I GMNI. Pimpinan ketiga organisasi tersebut juga bertemu dengan Presiden RI ke-I Ir. Soekarno untuk meminta restu pembentukan GMNI, yang diberikan oleh Bung Karno. Pertemuan dengan Bung Karno juga menetapkan tanggal 23 Maret 1954 sebagai waktu digelarnya Kongres ke-I GMNI di Surabaya.
Kongres ke-I tersebut menetapkan asas GMNI sebagai Marhaenisme, yang mencakup sosio nasionalisme, sosio demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan GMNI adalah mendidik kader bangsa untuk mewujudkan Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
GMNI, sebagai organisasi pengkaderan, memiliki motto “Pejuang Pemikir-Pemikir Pejuang”, yang mencerminkan semangat pejuang rakyat yang berpikir dan mengabdikan ilmunya untuk perjuangan rakyat. Kongres ke-I GMNI di Surabaya diperingati sebagai hari lahir atau dies natalis GMNI, yang pada 23 Maret 2024, GMNI telah berusia 70 tahun.
Selama 70 tahun itu, GMNI telah menghasilkan banyak kader berkualitas yang berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Para pendiri seperti S.M. Hadiprabowo, Slamet Djajawidjaja, Slamet Rahardjo, Haruman, Wahyu Widodo, Subagio Masrukin, dan Sri Sumantri, serta alumni seperti Megawati Soekarnoputri, Siswono Yudo Husodo, Taufiq Kiemas, Arief Hidayat, Eros Djarot, Ahmad Basarah, Antasari Azhar, Soekarwo, Djarot Saiful Hidayat, hingga Ganjar Pranowo, telah berkontribusi bagi NKRI.
– Bersama Membangun Optimisme –
#optimismemedia #mulaiajadulu #kamibarumulai