Desa Giritengah, Borobudur menghelat Festival Kampung Tani yang bertajuk ‘Suluk Tani untuk Pangan Lestari’. Kegiatan ini sebagai upaya pengembangan dan pemanfaatan potensi budaya yang hadir di tengah masyarakat. Khususnya terkait dengan pertanian serta seluruh ekosistem kebudayaannya.
Penggiat Budaya Kemendikbudristek Akhmad Adri Muzakaadah menjelaskan, perhelatan ini diproyeksikan sebagai ruang ekspresi sekaligus media perjumpaan. Yakni antara para petani, generasi muda dan anak-anak, pelaku wisata, kelompok kesenian, serta pemerintah desa.
Tujuannya sebagai upaya pengembangan dan pemanfaatan beragam potensi yang ada di Desa Giritengah. “Demi membangun kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan kualitas ekologi dan kohesi sosial yang ada,” ujarnya, Senin (4/12).
Baca juga: Pupuk Langka, Tani Merdeka Jabar Siap Berjuang Demi Nasib Petani
Dia menyebut, sejak pertengahan 2023, Kampung Tani telah rutin melakukan
kegiatan peken tani. Berupa pasar budaya yang dihelat setiap selapanan atau 35 hari sekali. Kegiatan itu menjadi ruang ekonomi kreatif bagi masyarakat.
Khususnya mereka yang kurang mampu, untuk menjual dan mengenalkan beragam hasil pertanian serta olahan pangan lokal.
Adri menambahkan, ada beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memeriahkannya. Seperti pameran, diskusi, serta workshop terkait kesenian gatholoco dan ketahanan pangan. Khususmya praktik pertanian ramah lingkungan berbasis pranata mangsa.
Untuk festival, dilaksanakan pada Sabtu (2/12) di Pendopo Kampung Tani. Pembukaannya dimulai dengan arak-arakan obor dari Balkondes Giritengah menuju pendopo Kampung Tani. Ada pula pameran foto narasi yang menampilkan beragam aktivitas pertanian serta potret kehidupan masyarakat Giritengah.
Selain itu, ada pula pasar budaya yang menyuguhkan beragam hasil pertanian dan olahan pangan lokal khas Giritengah. Seperti jenang mberut dan ragam sambal. “Lalu, pada Minggu (3/12), dilaksanakan kegiatan uji coba travel pattern yang berupa paket wisata edukasi budaya bertema pertanian,” jelas Adri.
Pada malam harinya, ada kegiatan ‘Srawung Maestro lan Ngaji Seni Gatholoco’ di latar Pendopo Kampung Tani. Kegiatan ini sebagai upaya menggali kembali jejaring penyebaran, nilai-nilai, serta pengetahuan lokal yang mulai pudar dan tidak lagi dikenali. Terutama oleh masyarakat kontemporer.
Daya Desa Giritengah Abdul Majid menyebut, ada beberapa kelompok kesenian gatholoco yang dilibatkan dan masih eksis di Kecamatan Borobudur. Seperti dari Desa Giritengah, Majaksingi, Candirejo, Giripurno, dan Kalisalak.
Di hari terakhir, Senin (4/12) dilakukan travel pattern dolanan tradisional. Kegiatan ini diikuti para pelajar di Desa Giritengah serta beberapa peserta dari luar desa. Mereka diajak mengenali beragam permainan tradisional di Giritengah.
Tujuannya sebagai penguatan dan peningkatan kapasitas dalam menciptakan wisata yang rekreatif dan edukatif. Sekaligus sebagai upaya membuka ruang edukasi kultural dan diseminasi gagasan terkait dolanan tradisional.
Kemudian, ada kegiatan lain seperti sarasehan bertajuk ‘Relevansi Relief Candi Borobudur dengan Pertanian Ramah Lingkungan’. Dilanjutkan dengan pentas seni wayang pohong. “Lalu, ditutup dengan pentas tari gerabah dan kesenian angklung,” terangnya.
Dia berharap, Kampung Tani ini menjadi ikhtiar untuk memerangi kemiskinan ekstrem di Giritengah melalui jalan kebudayaan. Lebih-lebih, Kampung Tani juga sedang mempersiapkan paket wisata edukasi kultural berbasis masyarakat dengan memanfaatkan beragam potensi yang ada melalui travel pattern.
– Bersama Membangun Optimisme –
#optimismemedia #mulaiajadulu #kamibarumulai