Keberagaman agama merupakan ciri khas masyarakat di berbagai belahan dunia. Masalah kerukunan hidup antar umat beragama bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh umat manusia di dunia ini. Dalam menghadapi kejamakan keyakinan ini, terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam menjalani kehidupan multikultural, yaitu moderasi beragama dan kerukunan umat beragama. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan harmoni dalam keberagaman, namun memiliki pendekatan yang berbeda.
Moderasi Beragama
Moderasi beragama adalah pendekatan dalam menjalani keyakinan agama dengan penuh keseimbangan, kesederhanaan, dan penghargaan terhadap perbedaan. Penganut moderasi beragama cenderung menekankan pada pesan-pesan universal dalam ajaran agama dan berupaya untuk menjalani nilai-nilai agama secara bijaksana dan seimbang. Tidak ada ruang bagi ekstremisme dan fanatisme dalam pandangan dan tindakan penganut moderasi beragama.
Pendekatan ini mengajarkan nilai-nilai toleransi, dialog, dan kerjasama antara umat beragama. Moderasi beragama mendorong penghormatan terhadap perbedaan keyakinan dan upaya bersama mencari titik temu untuk membangun masyarakat yang adil, inklusif, dan damai. Konsep ini menempatkan kesetaraan hak dan perlakuan sebagai prinsip utama dalam kehidupan beragama. Maka, merujuk pada buku “Tanya Jawab Moderasi Beragama” garapan Kemenag tahun 2019 dikatakan bahwa Moderasi merupakan “sesuatu yang terbaik” (Kementerian Agama RI, 2019).
Baca juga: Moderasi Beragama: Mengurai Paradoks dalam Menjaga Keseimbangan
Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin yang memerintahkan Badan Litbang dan Diklat untuk melakukan kajian, maka dikristalisasikan indikator moderasi beragama sebagai langkah awal yakni komitmen kebangsaan, toleransi, antikekerasan dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal (local wisdom) (Jamaluddin, 2022).
Kerukunan Umat Beragama
Kerukunan umat beragama adalah bentuk hubungan yang harmonis dan rukun antara penganut agama yang berbeda dalam suatu komunitas atau negara. Konsep ini menekankan pentingnya membangun kerjasama dan hubungan yang baik antarumat beragama, tanpa mengesampingkan identitas dan keyakinan agama masing-masing. Penganut kerukunan umat beragama menghargai dan menghormati perbedaan, dan berupaya menciptakan lingkungan sosial yang inklusif dan harmonis.
Bahkan secara terang-terangan konsep ini tidak hanya meneropong hubungan antar umat lintas agama namun juga hubungan antar umat intern agama masing-masing, juga hubungan umat beragama dengan pemerintah (Depag RI, 1989).
Menurut Mukti Ali, Kerukunan hidup beragama adalah suatu kondisi sosial di mana semua golongan agama bisa hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing hidup sebagai pemeluk agama yang baik, dalam keadaan rukun dan damai (Mukti Ali, 1975).
Hayat menyebut terdapat prinsip dasar dalam membangun konsep ini, ialah mengakui (to aacept), menghargai (to respect), bekerja sama (to corperate) (Hayat, 2012).Maka,Kerukunan umat beragama ditandai dengan adanya dialog antaragama, kebersamaan dalam kegiatan sosial, dan saling membantu dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini mendorong solidaritas dan persatuan di tengah-tengah keberagaman. Penganut kerukunan umat beragama percaya bahwa keragaman agama merupakan harta dan kekayaan yang harus dijaga dan diperkaya bersama.
Baca juga: Moderasi Beragama: Menyatukan atau Memisahkan Umat Beragama?
Konsep ini didukung penuh pada pemerintah melalui diterbitkannya pasal 1 angka (1) peraturan bersama Mentri Agama dan Mentri Dalam No.9 dan 8 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas Kepala Daerah/Wakil Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.
Perbedaan dan Persamaan
Meskipun memiliki pendekatan yang berbeda, moderasi beragama dan kerukunan umat beragama memiliki persamaan dalam tujuan utama, yaitu menciptakan masyarakat yang harmonis dalam keberagaman. Keduanya menekankan pentingnya toleransi, penghormatan, dan kesetaraan antarumat beragama.
Namun, ada beberapa perbedaan antara kedua pendekatan ini. Moderasi beragama lebih menekankan pada keseimbangan dan kesederhanaan dalam menjalani keyakinan agama, sementara kerukunan umat beragama lebih menekankan pada hubungan sosial yang harmonis dan kerjasama antarumat beragama. Moderasi beragama lebih menekankan pada individu dalam menghayati agamanya dengan bijaksana, sementara kerukunan umat beragama lebih menekankan pada tindakan kolaboratif untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan berdaya.
Pentingnya Kedua Pendekatan
Kedua pendekatan, moderasi beragama dan kerukunan umat beragama, memiliki peran yang penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. Moderasi beragama membantu individu untuk menjalani keyakinan agama dengan keseimbangan dan kesadaran akan perbedaan. Ini membantu menghindari ekstremisme dan fanatisme, serta menciptakan pandangan agama yang lebih inklusif dan menghormati perbedaan.
Di sisi lain, kerukunan umat beragama membantu menciptakan hubungan sosial yang harmonis antarumat beragama. Ini memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama dalam mencari solusi atas tantangan bersama dan membangun solidaritas di tengah-tengah keberagaman.
Baca juga: Apakah Politik Identitas Itu Buruk?
Moderasi beragama dan kerukunan umat beragama adalah dua pendekatan yang berbeda, namun saling melengkapi dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis dalam keberagaman. Moderasi beragama membantu individu untuk menjalani keyakinan agama dengan bijaksana dan keseimbangan, sementara kerukunan umat beragama membantu menciptakan hubungan sosial yang harmonis dan solidaritas antarumat beragama. Dengan menghargai dan menghormati perbedaan, serta bekerja sama dalam mencari titik temu, masyarakat dapat mencapai kerukunan yang damai dan memperkuat harmoni dalam keberagaman agama.
– Bersama Membangun Optimisme –
#optimismemedia #mulaiajadulu #kamibarumulai