Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Kemareu Berkepanjangan, 73 Hektare Padi di Boyolali Diserang Hama Penggerek Batang

Petani padi di Kabupaten Boyolali sedang diuji. Di tengah kemarau panjang, tanaman mereka diserang hama penggerek batang alias sundep dan neck blast

Menyerang sedikitnya 73 hektare lahan pertanian di Kecamatan Banyudono, Sawit dan Sambi. 

“Saat ini, total 71 hektare (sawah diserang hama penggerek batang). Tapi kami sudah melakukan gerakan pengendalian hama di lahan seluas 100 hektare,” ujar Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dispertan Boyolali Toni.

Hama penggerek batang paling banyak ditemukan di Kecamatan Banyudono seluas 54 hektare. Kemudian di Kecamatan Sawit delapan hektare. Sisanya menyebar di kecamatan lain. 

Baca juga: Panas El Nino, Sukoharjo Harap Surplus Beras Penuhi Kebutuhan Pangan

Pengendalian hama menyasar lahan yang belum maupun sudah terkena serangan hama, yakni dengan penyemprotan pestisida hayati dan aman.

Toni meminta petani ekstrawaspada, karena di musim kemarau serangan hama melonjak. 

“Waspada serangan hama pada padi berumur di bawah 30-40 hari. Lakukan pengamatan dini. Apakah di bawah daun padi ada kelompok telur penggerek batang, atau terbangan ngengat penggerek batang,” jelasnya. 

Telur sundep biasanya berada di malai daun, berukuran kecil dan terbungkus seperti kapas. Petani bisa mengendalikan dengan menekan telur-telur itu. Karena satu kelompok telur bisa terdiri dari 150-200 butir.

Baca juga: Oknum Perangkat Desa Dalangan Sukoharjo Selingkuh, Warga Demo Tuntut Pemecatan

Dengan begitu, otomatis sudah bisa menyelamatkan 200 batang padi “Sebenarnya, pakai pestisida (saat hama telur) kurang efektif. Paling efektif ya saat penyemaian itu diamati dengan pengendalian manual,” kata Toni.

Kesalahan selama ini, waktu menyemai, petani kurang jeli. Saat berumur 20-25 hari, telur penggerek batang sudah jadi ulat lalu memangsa batang padi. Setelah batang padimengering baru sadar ada hama.

“Sebenarnya (dampaknya) nggak gagal panen, karena bisa tumbuh tunas baru. Tapi kalau (padi) sudah umur 60 -70 hari muncul penggerek akan mengurangi hasil produksi,” beber dia. 

Selain penggerek batang, petani di Kecamatan Sambi juga dihadapkan dengan hama neck blast atau potong leher. Disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Jamur itu membuat batang malai patah.

Dampaknya, nutrisi tidak sampai ke malai dan biji padi kosong. Serangan hama neck blast sudah menyerang dua hektare lahan pertanian.

Bersama Membangun Optimisme –

#optimismemedia #mulaiajadulu #kamibarumulai

Bagikan

Cari Berita

Search

Berita Terbaru

dsss
Santri dan Media: Menyelaraskan Tradisi dan Teknologi
LLLLL
Menyelaraskan Tujuan Pembelajaran dengan Kesejahteraan Ps...
Sumber. Inews.id
Dari Desa Nepo ke Pasar Nasional: Sukses Kacang Nepo Berk...
rrrss
Dari Siwaslih hingga Sigaplapor: Teknologi Bawaslu Siap K...
WhatsApp Image 2024-11-24 at 10.26.46 PM
Seruan FKUB Jateng: Tolak Politik Uang, Hindari Politisas...

Kirim Artikel