Perilaku kriminal, tindakan amoral, kekerasan, pengrusakan dan lain sebagainya merupakan karakteristik utama dari dekadensi moral. Tentunya jika hal itu dibiarkan kita hanya menunggu munculnya dampak negatifnya. Memang tidak mudah untuk menghambat laju merosotnya nilai moral walaupun kita telah mengetahui dampak seperti apa yang nantinya akan datang.
Di era modern yang serba kompleks ini, dekadensi moral semakin merajalela di mana saja. Fenomena ini berakibat pada meningkatnya tingkat kriminalitas, korupsi, konflik sosial, dan masalah sosial lainnya. Di tengah kondisi yang semakin memprihatinkan, indigenous education yang terdiri dari para santri dan lembaga pendidikan Islam tradisional, seperti pesantren, dapat memainkan peran penting dalam memelihara akhlak mulia dan memerangi dekadensi moral.
Santri, memiliki karakteristik yang berbeda dari siswa pada umumnya. Mereka diasuh di lingkungan yang kental dengan nilai-nilai keislaman dan pengalaman spiritual yang mendalam. Melalui proses pendidikan di pesantren, santri diajarkan untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, mandiri, dan memiliki tanggung jawab moral yang tinggi. Selain itu, para santri juga diajarkan untuk menghormati sesama manusia dan memelihara toleransi terhadap perbedaan.
Namun, perubahan sosial dan teknologi yang semakin pesat di era modern ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk di lingkungan pesantren. Tekanan untuk mengikuti gaya hidup modern dan pengaruh budaya populer dapat mempengaruhi santri dan mengancam nilai-nilai keislaman yang diajarkan di pesantren. Oleh karena itu, para lembaga pendidikan Islam tradisional perlu terus beradaptasi dan memberikan pendidikan yang inklusif dan terbuka untuk menjaga relevansi dan relevansi.
Dalam menghadapi dekadensi moral, para santri dapat menjadi agen perubahan yang sangat penting. Mereka bisa menjadi teladan dalam memperjuangkan nilai-nilai kejujuran, integritas, dan kerja keras. Selain itu, para santri juga dapat memainkan peran aktif dalam menghentikan perilaku amoral, seperti korupsi, narkoba, dan tindakan kekerasan lainnya.
Penting bagi para santri untuk tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual yang tinggi, tetapi juga mengembangkan kemampuan sosial yang memadai. Mereka harus dilatih untuk memimpin dengan baik dan menghargai perbedaan. Selain itu, para santri juga harus mampu berpikir kritis dan mandiri, sehingga mereka dapat merumuskan pendapat mereka sendiri dan membela nilai-nilai moral yang benar.
Dalam pandangan masyarakat kita pun santri menjadi teladan karena sikapnya yang penuh sopan santun, mandiri, amanah dan lain sebagainya. Juga pandangannya yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang ada pada masyarkat. Hal tersebut menjadi poin lebih bagi santri untuk berperan menangkal dekadensi moral pada masyarakat.
Memang benar, upaya tersebut tidak akan membuahkan hasil jika hanya dilakukan oleh segelintir kelompok masyarakat (santri). Diperlukan upaya yang holistik. Seluruh elemen masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam hal ini. Bukan pemerintah saja yang notabene sebagai sistem yang mengatur sistem nilai masyarakat, juga bukan hanya santri saja yang notabene sebagai kelompok masyarakat yang memelajari dengan mendalam nilai-nilai agama dan moral.
Secara keseluruhan, dekadensi moral adalah masalah serius yang memerlukan upaya yang holistik dari seluruh masyarakat untuk memperkuat nilai-nilai moral yang berlaku dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya perilaku moral yang baik. Dengan tindakan yang konsisten dan terpadu, kita dapat membangun masyarakat yang bermartabat dan sejahtera secara moral dan materiil. Dalam hal ini, dengan bekal pengetahuan moral yang mendalam dan perilaku hidup yang menjunjung tinggi moralitas pesantren dapat menjadi agen of change dalam menghambat dan melawan dekadensi moral.
– Bersama Membangun Optimisme –
#optimismemedia #mulaiajadulu #kamibarumulai