Metal, skena musik yang cukup berwarna dan seringkali diolok-olok sebagai penyembah setan. Menjadi tak aneh jika pendapat itu diamini sebagian orang. Pasalnya, metalhead (penggemar musik metal) memiliki kebanggan yang sekaligus menjadi identitas mereka yakni, memakai kaos hitam yang bergambarkan logo atau ilustrasi yang mengerikan band kesayangannya.
Tidak sebatas itu, gaya penampilan personil band metal pun banyak yang di luar kewajaran band-band lainnya. Seperti band-band black metal Eropa atau Amerika yang memakai kostum menakutkan ala malaikat penjabut nyawa, juga band black metal Indonesia yang juga menggunakan kostum menakutkan, namun bernuansa lokal seperti pocongan atau pun sundel bolong.
Penolakan pun banyak dilakukan di berbagai negara terhadap genre musik satu ini, khususnya negara-negara Islam, seperti, Lebanon, Mesir dan Iran. Terdekat, negara tetangga kita, Malaysia, melalui dewan fatwa juga mengharamkan budaya musik black metal yang dirasa melanggar syariat Islam. Sehingga di Malaysia, mendengarkan musik metal, khususnya black metal dianggap kriminal. Ya, tentunya mereka was-was kalau dengan mendengarkan musik jenis ini bisa kesetanan dan kehilangan identias Islamnya.
Baca juga: Santri dan Dekadensi Moral
Berbeda di Indonesia, meskipun mayoritasnya mengimani Islam, tidak menyikapi musik metal sebagai musik yang bisa membuat penggemarnya kesetanan.
Dari Death Metal ke Nu Metal yang Bernuansa Islam
Band yang terbentuk pada masa reformasi, yakni 1991 ini beraliran aliran death metal. Band yang berasal dari Ibu Kota ini mulanya dalam lirik dan penampilannya sama seperti band metal pada umumnya. Dengan lirik dan penampilan yang bertemakan kekerasan, setan dan anti ketuhanan. Namun, menginjak tahun 2003 band ini direformasi ulang dari segi lirik, penampilan, dan genre.
Tahun 2003, Purgatory merilis album baru yang bertajuk 7:172 dengan label Sony Music Indonesia serta mengubah drastis konsep band menjadi bernuansa Islami.
Genre Purgatory yang awalnya Death Metal berubah menjadi Nu Metal (subgenre metal alternatif yang menggabungkan heavy metal dengan funk, rock, dan hip-hop bukan Nahdlatul Ulama Metal).
Baca juga: Konser Coldplay: Jurang Kesenjangan Kaya dan Miskin?
Masih di album yang sama, aura Islami begitu menyelimuti lirik-lirik yang dilantunkan oleh Sandman sang vokalis. Bahkan, salah satu lagunya yang berada di album yang sama pula, yakni, “M.O.G.S.A.W” berasal dari kependekan “Messenger of God Shallahu `Alaihi Wa Salam” yang berarti Nabi Muhammad utusan Allah.
Pada lagu yang sama pula, untaian kata-kata memuji Nabi Muhammad pun sangatlah kentara. Seperti penggalan:
“The M.O.G I can feel all Your existence,
inner soul, can I be
One of your love, one to serve you
I’ll give my life, all my life, I’m yours, your martyr”
Terjemahan bebasnya seperti ini:
“Utusan Allah, Aku bisa merasakannya
Keberadaan kau, dalam jiwa, dapatkah aku menjadi satu cintamu, satu untuk melayanimu
Aku akan memberikan hidupku, seluruh hidupku, aku milikmu, syahid mu”.
Uniknya, 3 huruf awal judul lagu tersebut dinisbatkan untuk para penggemar Purgatory dengan penambahan ‘erz’ dibekanganya menjadi Mogerz. Namun, para personilnya pun juga menamai dirinya sebagai Mogerz. Bahkan, para personilnya pun menolak ketika para penggemar menjadi pengikutnya. Artinya, keduanya, baik para penggemar maupun personilnya menganggap dirinya sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW.
Atmosfer menonton langsung Purgatory yang beraksi di atas panggung berbeda sama sekali dengan band metal pada umumnya. Salam jari metal pun di tangan personil Purgatory diubah menajadi salam satu jari, yang berarti perdamaian, dan juga mengisyaratkan Ketauhidan.
Di tengah-tengah gebrakan beat drum yang cepat dan dibarengi dengan headbang para metalheads Purgatory menyelipkan shalawat di tengah-tengah lagunya. Para metalheads pun senantiasa khusyu` melantunkan bersama-sama, laiknya puji-pujian masjid setelah azan.
Purgatory pun memiliki syarat dalam berbagai event yang dihiburnya. Mereka akan menolak tampil jika event konser yang mengundangnya terdapat sponsor yang berbau haram, seperti minuman keras. Padahal, umumnya konser band metal disponsori minumam yang berefek mumet tersebut.
Dengan itu, Purgatory tampil dengan cara berbeda, tidak hanya melawan stereotype terhadap musik metal yang lekat dengan musik setan. Pun, dalam hal keagamaan, Purgatory merepresentasikan Islam sebagai Rahmatan Lil `Alamin, Islam yang penuh rahmat bagi seluruh alam.
– Bersama Membangun Optimisme –
#optimismemedia #mulaiajadulu #kamibarumulai
Oleh: Satrio Dwi Haryono